Selasa, 24 Januari 2017

Terawangan Gus Miek (Oleh : Gus Dur)

Mantan Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid yang sangat akrab dan menaruh hormat kepada Gus Miek pernah mengisahkan kejadian menarik tentangnya.

Di beranda sebuah surau di Tambak, Mojo, Ploso, Kediri, Gus Dur berhasil menemui Gus Miek. Tadinya, sebelum sampai di surau itu, Gus Dur membuntuti mobil yang ditumpangi Gus Miek dari kejauhan.

Setelah membelok ke barat dan kemudian ke utara melalui pararel, akhirnya mobil itu berhenti di depan surau itu. Dan ketika Gus Dur sampai di surau itu, Gus Miek sudah meninggalkan mobilnya, sudah berada di dalam surau.

Dari beranda surau, Gus Miek menunjuk sebidang tanah yang bersebelahan dengan pekarangan surau. “Di situ nanti Kiai Ahmad akan dimakamkan. Demikian juga saya. Dan nantinya sampeyan,” kata Gus Miek kepada Gus Dur.

Dikatakan Gus Miek bahwa tanah itu sengaja dibelinya untuk pemakaman para penghafal Alquran. Gus Dur mengatakan kepadanya bahwa dirinya bukan penghafal Alquran. Gus Miek menjawab,”Bagaimana pun sampeyan harus dikuburkan di situ.”

Belakangan diketahui bahwa Kiai Ahmad yang dimaksudkan oleh Gus Miek dalam obrolan dengan Gus Dur itu adalah K.H. Ahmad Shiddiq, mantan Rais Aam PBNU yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah Jember.

Kabar akan berpulangnya K.H. Ahmad Shiddiq bahkan dikemukakan oleh Gus Miek kepada Gus Dur sebulan sebelum kewafatannya. Waktu itu, Gus Miek memberi isyarat kepada Gus Dur agar NU mempersiapkan calon Rais Aam baru, padahal waktu itu K.H. Ahmad Shiddiq masih menjabat Rais Aam masih sehat.

Belakangan juga diketahui bahwa Gus Dur tidak dimakamkan di tempat yang Gus Miek tunjukkan karena sebelumnya sudah ada amanat dari K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. A. Wahid Hasyim, kakek dan ayahnya Gus Dur, agar Gus Dur beristirahat di Tebuireng bersama mereka berdua tepat seminggu sebelum wafatnya Gus Dur. Ternyata pengakuan Gus Dur bukan sebagai penghafal Alquran mengungguli terawangan Gus Miek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar