Selasa, 24 Januari 2017

Gus Miek dan Tiga Preman Tanjung Priok

Ustaz Suhaimi bercerita pada suatu hari di bilangan Tanjung Priok pada tahun 1996 ada tiga preman yang kerjaannya memalak setiap truk kontainer yang masuk pelabuhan. hasil palakannya digunakan untuk mabuk-mabukkan, main perempuan atau berjudi.

Hingga pada suatu hari datanglah seorang pria mengenalkan dirinya bernama Gus Miek. Lantas pria itu ngobrol ngalor-ngidul tentang banyak hal, mulai dari masalah politik, ekonomi hingga menyentuh masalah agama.

Begitu lembut dan inteleknya pria itu berbicara, hingga akhirnya ketiga preman itu mulai tertarik dengannya. Apalagi pria itu orangnya asyik diajak gaul ala preman dan suka mentraktir makan, minum dan rokok.

Hingga akhirnya masuk waktu salat Zuhur, lantas Gus Miek mengajak ketiga preman itu untuk ikut salat. Pada mulanya mereka menolak, tapi Gus Miek merayunya dengan iming-iming barangsiapa yang mau salat dengannya, maka akan dikasih uang Rp. 50.000 (Uang segini besar pada waktu itu). Maka walaupun terpaksa akhirnya ketiga preman ini mau ikut salat di belakang Gus Miek, tentu saja niatnya demi mendapat uang.

Begitulah setiap waktu salat, pasti mereka salat berjamaah bersama teman barunya, Gus Miek. Kejadian ini berlangsung hingga 3 bulan lamanya. Hingga pada akhirnya ada kesadaran tersendiri bagi tiga preman itu untuk salat, apalagi Gus Miek juga mengajarkan masalah agama yang selama ini belum pernah mereka dengar.

Dan memasuki bulan keempat, Gus Miek sudah tidak menemui tiga preman tersebut. Tentu saja mereka kalang kabut, karena sudah terbiasa salat berjamaah bersama Gus Miek. Mulai ada kerinduan dari ketiga preman itu akan sosok pria misterius yang selama ini selalu mengajak mereka kepada kebaikan dan mengajarkan mereka tentang masalah agama.

Rupanya tingkah mereka menarik perhatian Ustaz Suhaimi yang ketika itu baru pulang dari acara Maulid di Masjid Luar Batang. Lalu sang ustaz menghampiri mereka di teras masjid dan menanyakan banyak hal. Kemudian 3 preman itu bercerita tentang perjumpaan mereka dengan seorang pria misterius yang membuat mereka akhirnya mulai mendalami masalah agama.

Betapa kagetnya Ustaz Suhaimi ketika mendengar nama Gus Miek disebut oleh mereka. Lantas sang ustaz yang saat itu membawa buku saku tentang Dzikrul Ghofilin memperlihatkan foto seorang ulama kepada ketiga preman itu, “Apakah pria misterius itu seperti orang ini?”

Dengan nada heran, preman itu menjawab, “Iya benar. Apakah Ustaz kenal dengan dia?” Ustaz Suhaimi menjawab, “Bukan kenal lagi. Ini guru saya. Beliau seorang ulama besar yang merupakan waliyullah. Beliau sudah wafat 3 tahun yang lalu.”

Seperti tersambar petir, terkejut bukan kepalang tiga preman ini mendengar penjelasan Ustaz Suhaimi. Jadi selama ini mereka mendapat pencerahan dari seorang ulama besar, waliyullaah terkenal, yang sudah lama wafat.

Menangislah mereka sambil menciumi tangan Ustaz Suhaimi sambil menyatakan keinginan mereka untuk bertobat dan meminta beliau mau mengajari mereka tentang masalah agama. Akhirya sang ustaz pun menyanggupinya dengan berurai air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar