Gus Miek vs Tengku Wisnu
(Oleh Shuniyya Ruhama)
Sahabat-sahabat, tulisan ini sama sekali tidak hendak membandingkan antara Syaikhona KH Hamim Jazuli-Ploso (Gus Miek RA) dengan Tengku Wisnu. Sama sekali tidak. Sebab, dalam pandangan keyakinan Shuniyya, keduanya sama sekali tidak berbanding.
Adapun Gus Miek, telah terbukti kontribusinya dalam dakwah bil makruf, merangkul semua golongan, dari mulai ulama besar hingga kaum bromocorah dan para penghuni lembah hitam. Masterpiece Yang Mulia Mbah Yai Miek antara lain Majlis Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab.
Majlis dzikir dan semaan Al Quran yang sebelumnya tidak terbayang oleh siapapun. Bahkan hingga kini, Dzikrul Ghofilin dan Jantiko Mantab semakin banyak pemulia dan pecintanya.
Di kisahkan, Yang Mulia Mbah Yai Miek, setiap akan mengisi materi pengajian di Ploso sejak masa remajanya, selalu dimulai dengan mengirimkan Al Fatihah kepada para wali sejagad. Sehingga "hanya" untuk membaca serangkaian Al Fatihah beliau merelakan waktu sampai 2 jam lamanya. Berkirim Al Fatihah. Subhanallah. Itu perilaku orang yang telah jelas dakwahnya. Jelas kontribusinya bagi Islam rahmat bagi alam semesta.
Lalu muncullah generasi baru, generasi layar kaca, mendadak ustadz, yang salah satunya bernama Tengku Wisnu. Dalam sebuah acara TV swasta, dengan entengnya, menyatakan Surat Al Fatihah bukan surat untuk kirim-kiriman
Sebenarnya, bagi kita yang faham, kita biarkan saja. Ibarat kata, jika ada anjing menggonggong, kafilah berlalu. Bukan malah kafilahnya ikut menggonggong.
Permasalahan yang harus diperhatikan ialah, saat orang awam yang sama tidak fahamnya dengan Tengku Wisnu itu terpengaruh dan lebih berkiblat pada publik figur yang sempat menjadi idola remaja di eranya, ketimbang percaya dengan para Kyai yang jelas mumpuni ilmunya.
Sudah saatnya, kita "turun gunung" untuk memberantas virus-virus kebencian terhadap amaliyah Aswaja, untuk generasi Isalam mendatang lebih ramah dan bijak. Tidak asal menghakimi dan mensesat-sesatkan orang lain.
Pilihan kita hanya satu: Apakah generasi penerus kita mendatang adalah Generasi Mbah Yai Miek, atau kita ingin anak cucu kita menjadi Generasi Tengku Wisnu? Aku menanti jawabmu...
Matur suwun
Shuniyya Ruhama
Profile : https://www.facebook.com/shuniyya.ruhama
Admin Grup Sahabat Gus Dur
HahaHaha,,,,,stuju
BalasHapusNama lengkapnya mohammad tengku dewa wishnu...hahaha
BalasHapusNama lengkapnya mohammad tengku dewa wishnu...hahaha
BalasHapusdia (T.wisnu) itu boneka yang sedang dijogetkan oleh dalang, marilah kita kirimi dia dengan Al Fatikhah, semoga lekas sembuh.
BalasHapussiapa gus miek di banding abu bakar, umar dan usman?? mereka tidak melakukannya...(bancakan al fatihah)
BalasHapusjare anjing mengonggong kafilah jangan mengonggong...?? santai aja... biarkan al haq muncul kepermukaan.
siapa gus miek di banding abu bakar, umar dan usman?? mereka tidak melakukannya...(bancakan al fatihah)
BalasHapusjare anjing mengonggong kafilah jangan mengonggong...?? santai aja... biarkan al haq muncul kepermukaan.
Saya bertanya seorang yang hijrah seperti tengku wisnu apakah itu buruk? Entah setiap ucapannya itu riya atau sebuah ketulusan untuk para fans. Saya bukan penggemar artis tapi jika kita menelaah kalimat dan ingin mengkoreksi orang lain maka koreksi diri kita terlebih dahulu. Apakah kita adalah umat yang benar" lurus dalam ajaran Rosuallah,?? Tidak ingin membandingkan???, tapi akhir dari ketikan diatas adalah kritikan yang sekaligus pertanyaan. Coba tanyakan pada pria bernama suniya, apakah tindakan mengubah dirinya adalah ajaran Rosulallah?? Jika kita ingin mengkritik coba pandang diri dicermin. Saya tidak ingin membela siapapun saya ingin mengingatkan, Allah itu pemaaf dan pintu maafnya sangat lebar.
BalasHapus