Kamis, 31 Maret 2016

Aku harus bagaimana ? (Oleh : Amirudin Faisal)

Jumat berkah jumat maghfiroh
-------------------------------------------------------
Aku pergi Tahlil…kau bilang amalan jahil…
Aku baca Shalawat Burdah…kau bilang itu Bid’ah…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Bertawassul dengan baik…kau bilang aku Musyrik…
Aku ikut Majelis Dzikir…kau bilang aku Kafir…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Shalat pakai Lafadz Niat…kau bilang aku Sesat…
Aku mengadakan Maulid…kau bilang tak ada Dalil yang Valid…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku Gemar Berziarah…kau bilang aku Alap-Alap Berkah…
Aku mengadakan Selamatan…kau bilang aku Pemuja Setan…
Lalu aku harus bagaimana…???
Aku pergi Yasinan…kau bilang itu tak Membawa Kebaikan…
Aku ikut Tasawuf Sufi…malah kau suruh aku Menjauhi…
Ya Sudahlah….aku ikut kalian..
Kan kupakai Celana Cingkrang….agar kau senang…
Kan kupanjangkan Jenggot…agar dikira berbobot…
Kan kuhitamkan Jidat…agar dikira Ahli Ijtihad…
Aku kan sering Menghujat…biar dikira Hebat…
Aku kan sering Mencela…biar dikira Mulia….
Ya Sudahlah….Aku pasrah pada Tuhan… Yang kusembah..
Lalu kau nyembah Tuhan yang mana...?
‪#‎save‬ amaliyah Nahdliyyah#

Oleh : Amirudin Faisal
Admin Grup Sahabat Gus Dur

Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana (Oleh : KH Ahmad Mustofa Bisri)

Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana
(Oleh : KH Ahmad Mustofa Bisri)

Kau ini Bagaimana atau Aku harus bagaimana
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir
Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
(A. Mustofa Bisri)

Ditulis ulang oleh :
Amirudin Faisal
Admin Grup Sahabat Gus Dur


Islam Nusantara (Oleh : Shuniyya Ruhama)

* Tanggal 25 Juni 2015, ada sahabat bertanya via inbox :

Mbak meh tanglet islam nusantara ki islam ingkan pripun si saniki kata kuwi sering muncul ?

* Shuniyya jawab inbox :
Dear Mas .......
Islam itu hanya satu. Islam ya Islam. Seiring berjalannya waktu, saat kaum Muslimin menyebar ke seluruh penjuru dunia, maka muncullah identitas tampilan yang beranekaragam dari kaum muslimin itu sendiri.
Hal itu akibat dari budaya setempat yang berbeda-beda. Misalnya, tradisi Muslim di Arab, berbeda dengan Islam di Afrika, berbeda dengan Islam di Amerika, di India, dan seterusnya. Yang dimaksud berbeda tentu saja bukan dalam hal yang qoth'ie melainkan pada praktek kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam hal akhlak, busana, dan tatacara hidup.
Sebagai misal, di Indonesia, terdapat budaya Islami yang tidak terdapat di negara lain. Contohnya, pada saat bulan Ramadlan dan sebelum maupun sesudahnya, ada tradisi bancakan, nyadran, padusan, mengenakan mukena, ngabuburit, imsya', punjungan, halal bi halal, lebaran ketupat, dll...
Semua itu terjaga dengan baik, sebab para Ulama berhasil memasukkan nilai-nilai Islam dan kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam mudah diserap dan dilaksanakan, bahkan oleh orang paling awam sekalipun.

Di Indonesia, kekuasaan tertinggi kaum Muslimin berada di tangan Ulama yang menyebar di seantero Nusantara yang sangat menghargai perbedaan furu'iyah. Tidak pernah berusaha untuk mempertentangkan ijtihad satu ulama dengan ulama lainnya. Bahkan para Ulama saling berguru antara satu dengan lainnya.
Berbeda dengan banyak wilayah di dunia lain, Islam muncul sebagai produk yang direkatkan oleh kekuasaan, dan sifat ashobiyahnya sangat kental. Sehingga seperti membentuk faksi-faksi yang lepas satu sama lain, dan berusaha saling menaklukkan. Kepemimpinan juga dipegang oleh ulama sentral atau pemimpin kelompok yang mempunyai nilai fanatik yang sangat besar. Jadi, pada saat ada perbedaan pendapat atau kepentingan, sangat mudah untuk dibenturkan satu sama lain. Rentan terjadi konflik bersenjata.
Arab spring telah membuktikan bahwa wajah Arab di Timur Tengah mudah dibuat rapuh dan tercerai berai. Sementara di Indonesia, wajah Islam justru tampil dengan wajah yang ramah, toleran, terbuka, dinamis, dan bisa mewadai semua golongan. Sehingga terlalu sulit untuk melakukan politik pecah-belah. Inilah yang sangat mengagumkan banyak kalangan di luar Islam.
Islam Nusantara akhirnya dipilih sebagai identitas saja untuk membedakan karakter, bukan keinginan memisahkan diri dari islam itu sendiri. Islam Nusantara tidak bermakna adanya Islam Malaysia, Islam Cina, Islam Inggris dst. Islam Nusantara hanyalah sebuah sebutan saja, yang merupakan identitas unik dari perjalanan panjang Islam di wilayah Nusantara sejak awalul Muslimin hingga hari ini.

Karena Islam Nusantara sangat damai dan toleran, maka hal ini sangat tidak disukai oleh banyak kalangan. Karena itu, muncullah gerakan yang hendak mengoyak kerukunan kaum muslimin. Maka diciptakanlah gerakan Syiah Bukan Islam, Ahmadiyah Bukan Islam, NU ahli Bid'ah, dst... Bahkan dikatakan bahwa Islam Nusantara hanya istilah untuk menghaluskan Gerakan Islam Liberal.
Islam Indonesia itu sudah ada istilah dari jaman dulu, bahkan Mbah Wali Gus Dur pernah dhawuh, " Kita ini orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan orang Indonesia yang kebetulan beragama Islam". Kita mengenal Pancasila, Departemen Agama, KUA, dll...
Istilah Islam Indonesia itulah yang kita kenal saat ini dengan sebutan Islam Nusantara. Mengapa diubah Islam Nusantara? Karena itu sebenarnya ada makna yang hendak disampaikan, Islam Nusantara= NU, SANtri, dan tenTARA. Ketika ketiganya bersatu, maka Indonesia tidak akan tergoyahkan.
Islam Nusantara mencengangkan dunia karena sifat toleran dan moderatnya. Maka tak heran jika NU pernah menjadi satu-satunya Ormas Islam di dunia yang didaulat untuk menyampaikan pidato di depan Sidang PBB di New York, dipilih mewakili wajah Islam yang teduh, rahmatan lil 'alamiin...
Hal ini membuat banyak kalangan tidak suka dan berusaha mengadudomba NU dengan kaum Muslimin lainnya di Indonesia. Karena itu, kita wajib waspada adu domba tersebut. Islam tetap saja Islam, hanya satu dan satu-satunya. Islam Nusantara hanyalah sebuah istilah, tidak hendak mencipta firqoh, namun hanyalah sebuah penegasan akan sebuah karakter di sebuah wilayah yang mencerminkan wajah tersendiri, yang insyaallah kelak akan diterima dan dijadikan rujukan oleh seluruh kalangan di muka bumi ini.


Matur suwun
Shuniyya Ruhama
Admin Grup SGD

Rabu, 30 Maret 2016

POLITIK KAUM SARUNGAN

POLITIK KAUM SARUNGAN
------------------------------------
Oleh : Amirudin Faisal (Admin Grup Sahabat Gus Dur)

Secara historis,kelahiran NU dibidani Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari dan ulama ulama terkemuka lainnya,seperti KH. Wahab Hasbullah dan KH. Bisri Syansuri dan para ulama pesantren lainnya pada tanggal 31 januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya. NU lahir sebagai bentuk protes keras terhadap raja Saudi Arabia yang memaksakan penerapan faham wahabi sebagai satu satunya madzhab keagamaan islam dinegara negara muslim termasuk nusantara.
Meminjam kerangka teori Elnerest Gellner, NU berdiri untuk membela praktek praktek keagamaan islam yang cenderung dekat dengan budaya local islam nusantara.
Dalam kitab Qanun Asasi Li Jam'iati Nahdlatul Ulama, KH. Hasyim Asy'ari memperhatikan adanya gerakan keagamaan baru yang menyerukan pemberantasan bid'ah (Heterodoksi) dengan berkedok dan jargon "kembali kepada alqur'an dan Sunah". padahal,gerakan baru inilah yang sebenarnya memproduksi bid'ah.

Pernyataan KH. Hasyim Asy'ari ini bisa dianggap merespon situasi internasional tentang maraknya gerakan wahabisme di timur tengah dan di tingkat nasional sendiri menghadapi maraknya gerakan pembaharuan (puritanisme) islam.
Dari sinilah bisa kita simpulkan,pendirian NU bukan untuk tujuan politik kekuasaan,tetapi politik keagamaan, kerakyatan. Maka bagi umat islam indonesia yang menginginkan pelaksanaan praktek dan pemikiran keagamannya dekat dengan tradisi lokalnya, Kehadiran NU dinilai sangat memberikan perlindungan. Bila ini disebut tindakan politik kerakyatan - dalam pengertian luas - maka politik jenis inilah yang patut disebut tingkatan politik tertinggi NU. Politik kenegaraan belum muncul karena pada saat itu (1926) diskursus tentang negara belum ada.
Seiring kompleksitas perkembangan politik di indonesia,perjalanan politik NU juga berkembang. NU mulai bersentuhan dengan politik kenegaraan ( kebangsaan ), terutama menjelang pasca kemerdekaan. Persentuhan ini merupakan pengaruh gerakan nasionalisme dibeberapa negara yang bergerak menuju kemerdekaan. Kontribusi Politik kebangsaan NU yang paling jelas adalah dukungan KH. Wahid Hasyim ayahanda Almarhum Gus Dur, yang mewakili NU pada PPKI, untui tidak mencantumkan piagam jakarta didalam dasar negara kita.
Selain itu selama menjadi organisasi sosial,juga politik keagamaan, NU tidak pernah terlibat kasus kasus pemberontakan islam dan makar terhadap negara. Nu selalu komitmen terhadap negara dan bangsa diletakkan diatas segala galanya,karena NU menyadari, eksistensi negara adalah hal yang sangat utama bagi kehidupan agama dan manusia sesuai dengan garis besar Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Dua model politik NU tersebut -kerakyatan dan kenegaraan(kebangsaan) merupakan pengalaman paling ideal dalam sejarah NU.
Mengapa ? Dua model ini menjadikan NU sebagai organisasi keagamaan yang berorientasi pada kebaikan dan kepentingan umum (maslahah 'ammah). Namun, NU ternyata tidak mampu mempertahankan dua model politik ini karena godaan politik kekuasaan,baik dari NU sendiri maupun dari luar NU.
Keterlibatan NU dengan politik kekuasaan adalah dukungan organisasi ini terhadap pendirian Masyumi.ketika menjadi organisasi penyangga masyumi, tokoh tokoh NU terlibat perebutan kekuasaan baik untuk jabatan dalam tubuh partai (eksekutif). Politik kekuasaan masa ini diakhiri dengan perpecahan. Keterlibatan paling pekat dengan politik kekuasaan saat NU berdiri sebagai partai politik (1952) pasca pecah dari Masyumi.

Menurut greg Fealy, tujuan politik NU pada saat menjadi parpol adalah
1. Penyaluran dana pemerintah terhadap NU
2. mendapat peluang bisnis,dan
3. Menduduki jabatan birokrasi
Lihat (Greg Fealy, ijtihad politik ulama sejarah NU 1952-1967, LKIS : Yogyakarta, 2003).

Dengan tiga tujuan politik seperti itu, tampaknya justru menyebabkan NU terjerembab dalam kubangan dan orientasi politik materialistis,lalai pada politik kerakyatan. Bahkan pada periode saat iti NU dituduh sebagai oportunis dan akomodasionis. Inilah perode terburuk sejarah NU
Karena ketika menjadi parpol, NU tidak menunjukkan prestasi gemilang bahkan, maaf bisa dikatakan gagal.
Kegagalan itu tidak segera disadari sehingga saat pak harto menerapkan kebijakan fusi bagi partai partai politik indonesia, NU tidak memanfaatkan momentum ini kembalu kejalan politik NU sesuai khittah 1926. Bahkan NU retap menjadi penduduk PPP difaris depan.dukungan terhadap PPP menunjukkan orientasi politik kekuasaan masih menjadi prioritas utama. Dan apa yang terjadi selama bergabung dengan PPP , pengulangan sejarah saat NU bergabung dengan masyumi.merasa dicurangi dan dikebiri,Nu memutuskan untuk kembali ke model Nu tahun 1926, Nu yang berorientasi pada jamaah dan jam'iyyah.
Namun, keputusan kembali pada khittah 1926 ternyata tidak membuat NU benar benar kembali kepada politik kerakyatan dan kebangsaan .
Meski dalam kadar yang berbeda, namun dari titik inilah muncul dua peristiwa politik yang berorientasi kekuasaan pasca - khittah 1926 dalam tubuh Nu.
Pertama, kesediaan Gus Dur menjadi calon presiden RI pada pada pemilu 1999,
Kedua pencalonan Hasyim muzadi oleh PDI-P untuk wakil presiden dalam pemilu presiden 2004.
Berdasarkan pengalaman itu, NU sebenarnya memiliki pengalaman amat kaya akan keterlibatannya dalam tiga medan politik ( majal as-siyasi)- kerakyatan, kebangsaan,dan kekuasaan.
Namun dari ketiga politik tersebut,yang membuat Nu menjadi tercerai berai dan penuh nuansa konflik adalah jenis politik kekuasaan.
Semula diharapkan ,dengan politik kekuasaan, dua kepentingan politik -kerakyatan dan kebangsaan- bisa diperjuangkan, tetapi justru dua politik itu menjadi korban orientasi menuju politik kekuasaan.
STOP POLITISASI NU
STOP POLITISASI ISLAM
‪#‎NKRI‬ HARGA MATI#

Munajat Kaum Binatang (Oleh : KH Ahmad Mustofa Bisri)

Munajat Kaum Binatang 
(Oleh : KH Ahmad Mustofa Bisri)

“liputan eksklusif dari pertemuan rahasia masyarakat binatang di alam”syahdan, di suatu malam yang senyap ketika malaikat rahmat turun menawarkan ampunan
dan sekalian manusia lelap
para binatang dari berbagai etnis dan golongan yang masih tersisa di muka bumi
dari golongan binatang buas, binatang air, unggas, ternak, serangga
dan segenap binatang melata
diam-diam berkumpul di padang terbuka
yang dahulu merupakan rimba belantara tempat tinggal mereka
untuk membicarakan nasib mereka
kaitannya dengan kelakuan dan perlakuan manusia
yang kezalimannya semakin merajalela
dalam pertemuan akbar masyarakat binatang itu
semua kelompok menyampaikan keluhan yang sama
domba, kambing, buaya, ular, tikus, anjing, kecoak, kerbau misalnya
menyatakan bahwa selain dilalimi
selama ini nama mereka telah digunakan dan dinodai oleh manusia
dengan semena-mena
setelah semua menyampaikan keluhannya
tentang nasib mereka yang kian sengsara akibat ulah manusia
dan mengakui ketidakberdayaan mereka
akhirnya disepakati
saat ini juga mengadukan ihwal mereka kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
demikianlah unta yang mereka tunjuk memimpin doa
dengan khusyuk mulai memanjatkan munajatnya
dan sekalian binatang mengamininya
“ya Allah… ya Tuhan kami… Ampunilah kami
malam ini kami
yang masih tersisa dari makhluk binatang
berkumpul menyampaikan keluhan kami kepada-Mu
kepada siapa lagi kami mengeluh kalau bukan kepada-Mu ya Tuhan
dan ampunilah kami bila kami tergesa-gesa menyampaikan munajat kami ini
sebelum kaum manusia yang Kau angkat menjadi Khalifah-Mu
memergoki dan menghabisi kami
perkenankanlah kami menyampaikan jeritan kami
istigotsah kami”
“ya Allah… ya Tuhan Yang Maha Mengetahui
karena Engkau selama ini kami siap mengabdi dan rela berkorban untuk manusia
tapi manusia
atas nama khalifah dengan sewenang-wenang melalimi kami
mereka jarah tempat tinggal kami
atau memorak-porandakannya
mereka rampok makanan kami
atau menghancurkannya
mereka rebut peran kami
atau menghentikannya
mereka saingi naluri kami
atau mengalahkannya
mereka santap keturunan kami
atau memusnahkannya
mereka rampas
kehidupan kami
sebelum sempat kami bermain”
“Engkau beri mereka kekuasaan atas dunia
namun mereka membiarkan diri mereka dikuasai dunia
maka semakin hari
kelaliman dan keisengan mereka semakin menjadi-jadi
puji syukur bagi-Mu ya Tuhan…
Engkau telah menghajar mereka melalui tangan-tangan mereka sendiri
mereka kini panik
di antara mereka bahkan ada yang menjadi kalap
dengan bangga
mereka saling terkam dan saling basmi
mencabik-cabik kemanusiaan mereka sendiri
dan kami pun semakin mulai tak bisa mengenali mereka
karena mereka sudah sama dengan kami
bahkan dalam banyak hal
mereka melebihi kami sendiri”
“ya…Allah… ya Tuhan Yang Maha Adil
kami akui kadang-kadang kami saling terkam dan memangsa
namun Kau tahu karena kami terpaksa
bukan karena kerakusan dan kebencian
di antara kami memang ada yang kejam
tapi kami tidak membakar dan kami tidak menghisap
dan sengaja memusnahkan
karena kami tahu itu hak-Mu semata
mereka bahkan dengan berani
membawa-bawa nama-Mu
untuk mnghancurkan nilai-nilai ajaran-Mu yang mulia
atas nama-Mu
mereka meretas tali persaudaraan yang Engkau suruh jalin
atas nama-Mu
mereka mengobarkan kebencian yang Engkau benci”
“ya..Allah… ya Tuhan kami Yang Maha Bijaksana
kini kalangan manusia ada juga yang mengadakan Istighotsah karena merasa bersalah
tapi apakah ada yang benar-benar merasa bersalah
mereka tidak malu terus meminta kepada-Mu
padahal segala yang mereka perlukan
yang mereka minta atau yang tidak mereka minta
terus Engkau limpahkan kepada mereka
dan mereka nikmati tanpa mereka syukuri”
“ya Allah, ya Tuhan kami Yang Maha Pengasih
kami lah yang lebih pantas melakukan Istighotsah
karena kami adalah makhluk-Mu yang paling lemah
karena kami adalah makhluk-Mu yang paling kalah
ya Allah, ya Tuhan Yang Maha Pemurah…
kami tidak meminta apapun untuk diri kami
kami sudah puas dengan apa yang Engkau anugerahkan kepada kami
kami hanya meminta untuk kebaikan khalifah-Mu
karena dengan kebaikan mereka
kami dapat dengan tenang bersujud dan bertasbih kepada-Mu
kami memohon ampunan untuk mereka
ampunilah mereka ya Tuhan
terutama untuk mereka yang tidak merasa perlu memohon ampunan
karena tidak merasa bersalah
atau tidak merasa malu
“ya Tuhan kami…
jangan terus Kau biarkan kalbu mereka tertutupi dosa dan noda
sehingga nafsu terus menguasai mereka
dan mengaburkan pandangan jernih mereka
ya Tuhan… sadarkanlah mereka
akan hakikat kehambaan
dan kekhalifahan mereka
agar mereka tetap rendah hati meski berkuasa
agar mereka tidak terus asik hanya dengan diri mereka sendiri
agar kelamin mereka tak terkalahkan oleh hawa nafsu dan setan
agar kasih sayang mereka tak terkalahkan oleh dendam dan kebencian
agar mereka tidak menjadi laknat
dan benar-benar menjadi rahmat bagi alam semesta
ataukah Engkau ya Tuhan
memang hendak mengganti mereka
dengan generasi yang lebih beradab

amiiin.
---------------------------------------------------------------------------------------
Ditulis ulang oleh :
Amirudin Faisal
Profile : https://www.facebook.com/amirudin.faisal.3?fref=nf
Admin Grup Sahabat Gus Dur

Kaum Beragama Negeri Ini (Oleh: KH. A. Mustofa Bisri)

Tuhan, lihatlah betapa kaum beragama negeri ini
mereka tak mau kalah dengan kaum beragama lain
di negeri-negeri lain, demi mendapatkan ridha Mu
mereka rela mengorbankan saudara-saudara mereka
untuk berebut tempat terdekat di sisi Mu
mereka bahkan tega menyodok dan menikam
hamba-hamba Mu sendiri
demi memperoleh rahmat Mu
mereka memaafkan kesalahan
dan mendiamkan kemungkaran
bahkan mendukung kelaliman
untuk membuktikan keluhuran budi mereka
terhadap setanpun mereka tak pernah berburuk sangka
Tuhan, lihatlah betapa baik kaum beragama negeri ini
mereka terus membuatkan Mu rumah-rumah mewah
di antara gedung-gedung kota
hingga tengah-tengah sawah
dengan kubah-kubah megah dan menara-menara menjulang
untuk meneriakkan nama Mu
menambah segan dan keder hamba-hamba kecil Mu
yang ingin sowan kepada Mu
nama Mu mereka nyanyikan dalam acara hiburan
hingga pesta agung kenegaraan
mereka merasa begitu dekat dengan Mu
hingga masing-masing merasa berhak mewakili Mu
yang memiliki kelebihan harta membuktikan
kedekatannya dengan harta yang Engkau berikan
yang memiliki kelebihan kekuasaan membuktikan
kedekatannya dengan kekuasaan yang Engkau limpahkan
yang memiliki kelebihan ilmu membuktikan
kedekatannya dengan ilmu yang Engkau karuniakan
mereka yang Engkau anugerahi kekuatan
seringkali bahkan merasa diri Engkau sendiri
mereka bukan saja ikut menentukan ibadah
tapi juga menetapkan siapa ke sorga siapa ke neraka
mereka sakralkan pendapat mereka
dan mereka akbarkan semua yang mereka lakukan
hingga takbir dan ikrar mereka
yang kosong bagai perut bedug
Allahu Akbar Walillahil Hamd
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Agama Itu Untuk Manusia Bukan Untuk Tuhan
Oleh : Amirudin Faisal
Admin Grup Sahabat Gus Dur

Untuk siapakah agama itu "diturunkan"? Jelas untuk manusia, bukan malaikat, binatang, tumbuhan, gendruwo, tuyul gundul, apalagi untuk Tuhan. Watak agama itu "antroposentris" (berpusat pada manusia) bukan "teosentris" (berpusat pada Tuhan). Dengan kata lain, manusialah, bukan Tuhan, yang menjadi sasaran dan tujuan utama sebuah agama karena jelas Tuhan tidak membutuhkan agama. Tuhan tidak butuh disembah. Tuhan bukanlah sosok "tuan raja feodal" yang butuh sembah dan sesembahan. Meskipun seluruh umat manusia dan mahluk hidup tidak menyembah-Nya, Dia tidak galau, tidak "petheken". Karena manusialah, agama itu ada atau diadakan. Karena banyak manusia-manusia yang berotak dan berperilaku seperti "demit sontoloyo" itulah agama hadir atau dihadirkan di muka bumi.
Simaklah dengan seksama: ada segunung ayat-ayat dalam Al-Qur'an yang bertutur tentang kemanusian bukan ketuhanan, tentang manusia di bumi ini bukan di alam paska kematian, tentang aksi-aksi sosial bukan rutinitias ritual dan seterusnya. Kalaupun Al-Qur'an berbicara tentang Tuhan, alam kubur, dan ritual, itupun hanya sebagai "sarana" bukan "tujuan": medium agar manusia berbuat kebaikan dengan sesama mahluk di muka bumi ini. Ingat: bukankah Nabi Muhammad yang agung itu diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan ahlak manusia, bukan untuk mengislamankan jagat raya?
Tapi sayang seribu sayang, banyak umat beragama di dunia ini yang justru sibuk memikirkan Tuhan lupa sesama manusia, sibuk "memburu surga" lupa berbuat baik dengan sesama, sibuk mengumpulkan pahala akhirat lupa "pahala dunia", sibuk dengan ritual-ritual individual lupa aksi-aksi sosial-kemanusiaan dan seterusnya. Jika dulu agama itu untuk masyarakat non-agama, sekarang saya melihat banyak umat beragama yang justru membutuhkan agama itu sendiri...
---------------------------------------------------
---------------------------------------------------

Sabtu, 26 Maret 2016

SELAMA NU KUAT, NKRI KOKOH ~ mengenang 16 tahun Riyanto (Oleh : Amiruddin Faisal)

SELAMA NU KUAT, NKRI KOKOH
~ mengenang 16 tahun Riyanto

Riyanto adalah seorang anggota BANSER (Barisan Anshor Serbaguna) satgas Jama'ah Islam Nasionalis terbesar di tanah air Nahdlatul Ulama (NU) yang melahirkan tokoh-tokoh besar toleran & plural seperi Gus Dur, Gus Mus, Cak Nun, dll.

Adalah kebiasaan Banser NU untuk bantu jaga Gereja karena pada masa-masa silam kerap ada serangan teror saat perayaan hari besar disebabkan oleh pemberantasan terorisme BELUM SESERIUS seperti sekarang.
Saat menjaga misa Natal di Gereja Eben Haezer kota Mojokerto, Riyanto menemukan bungkusan plastik mencurigakan.. Nalurinya mengatakan itu bom yang akan meledak, lalu ia berteriak "TIARAP!!", disusul oleh kepanikan ratusan jemaat Gereja..
Bak pahlawan di film-film Hollywood, Riyanto reflek loncat menindih bungkusan tersebut dengan badannya, lalu "DUAR!!!" bom meledak seperti yang ia perkirakan.. posisi Riyanto yang membekap bom membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Bagian tubuh Riyanto ditemukan sampai 100 meter dari tempat ledakan. Pengorbanan Riyanto mencegah ledakan melukai ratusan jemaat Gereja di misa Natal 24 Desember 2000. Kini 16 tahun berlalu, nama Riyanto diabadikan menjadi nama jalan oleh PEMDA Mojokerto.
Seragam loreng Banser milik Riyanto yang sudah compang camping akibat ledakan pun diabadikan disamping fotonya yang difigurakan apik. Riyanto mati SYAHID saat JIHAD membela bangsa dari serangan teroris yang mengatas namakan Islam.

Mari kita luangkan waktu sejenak kirim doa untuk JIHADIS NU seusai dengan agama & keyakinan masing-masing.. Al Fatehah
TEMPO: Riyanto, Pahlawan Bom Natal Mojokerto
https://m.tempo.co/…/mojokerto-kenang-riyanto-banser-korban…




KAUM EKSTRIMIS ITU MINORITAS
Pada kesempatan ini, Ustad juga ingin menjawab komentar yang sering Ustad baca diposting oleh saudara-saudara non Muslim disini, yang kurang lebih bunyinya seperti ini..
"Anda saja lebih banyak Muslim seperti Ustad.. Indonesia pasti damai"



Ustad jelaskan.. Muslim seperti Ustad Abu Janda yang nasionalis, toleran & plural jumlahnya jauh LEBIH BANYAK daripada Muslim intoleran tukang buat onar.
Hanya saja ada beking kuat yang mendanai kaum Ekstrimis sehingga suara mereka lebih "nyaring" menenggelamkan suara kami Muslim toleran yang jumlahnya mayoritas.
NU sebagai jama'ah Islam terbesar di tanah air selalu berada di garda depan menghadang laju kaum Ekstrimis yang mengatas namakan Islam. NU tak segan-segan vokal meminta pemerintah RI untuk membubarkan ormas-ormas yang meresahkan masyarakat seperti FPI, HTI, bahkan deklarasi perang terhadap ISIS ketika ulama-ulama lain terdiam ketakutan.

NU adalah BENTENG NKRI penghadang laju upaya radikalisasi Islam besutan negara-negara Arab sponsor terorisme yang ingin menjadikan Indonesia ladang subur perekrutan SDM untuk kepentingan perang mereka di Timur Tengah.
Fakta ini juga yang membuat NU sering jadi bulan-bulanan serangan FITNAH bertubi-tubi oleh kaum SAWAH (Salafi Wahabi) aliran yang dianut oleh Al-Qaeda, ISIS & Boko Haram, fpi dan laskar laskar lainnya yang unyu unyu unyil semua menyerang NU dengan stigma-stigma seperti Liberal, antek yahudi antek nasrani ,zionis,Kafir, Syiah, dll.



Tapi NU akan tetap berpegang teguh pada prinsip "bela NKRI adalah jihad", karena itu adalah "ijtihad" pada pendiri NU, para Kiyai & Ulama Pahlawan Bangsa yang ikut memperjuangkan kemerdekaan yang kita hirup sekarang.
"Hubbul wathon minal iman"
(Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman)
| KH. Hasyim Asy'ari, Mahaguru Pendiri NU
"Pancasila & Islam adalah hal yang SEJALAN saling menunjang. Keduanya tidak bertentangan dan JANGAN dipertentangkan."
| KH. Achmad Siddiq, Rois Am PBNU
"Sebagai Mayoritas kaum beragama, umat Muslimin di negeri ini harus melindungi agama lain (minoritas). Ini menunjukan kekuatan Islam yang sebenarnya."
| Gus Dur - KH Abdurrahman Wahid

ini adalah "AMALIAH NAHDLIYAH"!
NKRI, Pancasila, Bhineka adalah harga mati bagi Nahdliyin warga NU. Selama NU ada, kalian saudara non muslim bisa tidur nyenyak, karena membela bangsa tanpa peduli dia Muslim atau Non Muslim adalah JIHAD bagi kami.



Ditulis oleh : Amiruddin Faisal (Ichal Sal)
FB : https://www.facebook.com/groups/1610216669215200/permalink/1744527195784146/
Anggota Grup Sahabat Gus Dur

Nadhatul Ulama (Oleh Shuniyya Ruhama)


NU SANGGALANGIT NKRI, NU PAKUBUMI NKRI, NU BOLOPENDHEM NKRI, NU SING MBAHUREKSO NKRI, NU PONDASI NKRI, NU SOKOGURU NKRI
Sejarah NU sudah dimulai sejak NKRI belum ada. NU adalah jawaban atas kebutuhan mendasar dari Umat Islam setelah Kerajaan Turki Utsmani dihapuskan. Dunia Islam digemparkan dengan direbutnya Hijaz oleh Wahaby dalam kudeta berdarah. Situs-situs Islam dihancurratakan. Ulama Nusantaralah yang bereaksi. Membentuk Komite Hijaz untuk menuntut Raja Saud sehingga berhasil memaksa Raja tersebut untuk: Membatalkan rencana penghancuran atas makam Nabi Muhammad SAW, memperbolehkan orang Islam naik haji ke Makkah-Madinah, dan memberi kebebasan bermadzhab bagi penganut non-Wahaby.
Komite Hijaz dibubarkan, dan berganti nama dengan Nahdlatul ‘Ulama pada tahun 1926. Dalam kepemimpinan KH Hasyim Asy’arie, NU mampu melakukan banyak hal yang luar biasa, namun tidak tercatat dalam sejarah. Diantaranya: berhasil meminta kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk memasukkan hukum nikah menurut syariat Islam yang disesuaikan dengan hukum masa itu. Jadi, bukan semata-mata adopsi dari hukum Belanda saja. Tercatat juga, berhasil memberi masukan untuk masalah hukum waris yang disesuaikan dengan syariat Islam. Tak ketinggalan juga memberi masukan yang bagus sekali mengenai pajak Rodi, yakni pajak bagi orang Hindia Belanda yang ada di luar negeri.
Saat bangsa Indonesia menyongsong kemerdekaannya tak ketinggalan NU memiliki peran yang luar biasa besarnya, antara lain: menggerakkan secara massif berdirinya sekolah-sekolah formal non pesantren, baik sekolah umum maupun kejuruan. Kemudian untuk mempersatukan umat Islam, maka NU menggandeng organisasi Islam di Indonesia untuk membentuk Majlis al Islamy al A’la Indonesia (MIAI) pada tahun 1937, memperkokoh ukhuwah Islamiyah untuk merespons tekanan-tekanan Pemerintah Belanda atas umat Islam.
Saat Jepang menguasai Hindia Belanda, maka MIAI tetap menjalankan tugas. Sayangnya berusaha mengkampanyekan kehebatan Dai Nippon. Terutama dengan memperalat ulama terkenal untuk melegitimasi penjajahan yang mereka lakukan. Kembali NU bangkit, mempelopori pembubaran MIAI dan dengan lihainya membentuk Masyumi yang berusaha menjawab persoalan masyarakat luas pada saat itu dengan menekankan nilai-nilai nasionalisme menuju Indonesia merdeka.
Bahkan para ulama memobilisasi para santri dan pemuda Islam untuk melakukan latihan militer. Tujuannya hanya satu: menuju Indonesia merdeka. Yang penting bisa menguasai persenjataan modern. Di kemudian hari lahir banyak sekali kesatuan bersenjata dari pemuda Islam dan santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
NU melalui Masyumi aktif dalam berbagai forum untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, membuat Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar 1945. NU-lah yang berhasil menjadi jalan tengah, win-win solution bagi kelompok Islam dan Nasional sekuler. Maka berhasillah NKRI terwujud.
Melihat Indonesia merdeka, Belanda tidak rela. NU melalui resolusi jihad menyerukan jihad semesta melawan Sekutu. Penjajah berhasil dipukul mundur dan Indonesia diakui kedaulatannya oleh seluruh bangsa di dunia.
Perjuangan NU tidaklah berhenti. Sikap para intelektual petualang dianggap meresahkan di tubuh Masyumi. Bahkan dhawuh para Ulama sering tidak digubris lagi. Maka NU di bawah kepemimpinan KH Wahab Hasbullah menyatakan keluar dari Masyumi dan mendirikan partai sendiri.
Keputusan ini dinilai sangat mengejutkan, karena benar-benar menggembosi kekuatan Masyumi sebagai partai terbesar pada masa itu. Namun, keputusan ini menjadi indah di kemudian hari saat ternyata ada beberapa tokoh Masyumi yang terlibat pemberontakan Permesta. NU selamat.
Pada tahun 1965, kembali NU memiliki peranan penting dalam melawan paham Komunis yang telah banyak membantai kaum muslimin dan mencederai akidah Islam.
Pada Pemilu 1971 Partai NU menjadi partai pemenang kedua di Indonesia. Capaian yang luar biasa, hingga mengkhawatirkan pemerintah Orde Baru yang mulai menancapkan kekuasan otoritariannya. Maka Partai NU difusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan bersama beberapa partai Islam lainnya.
Melihat kecurangan tersebut, KH Abdurrahman Wahid bersama beberapa Kyai melakukan manufer dengan mereformasi NU yang dikenal dengan Kembali ke Khittah NU 1926. NU kembali sebagai Jam’iyyah Diniyah yang bergerak di sosial keagamaan, bukan di Partai Politik. Sikap ini berhasil menyelamatkan NU dari keterpurukan.
NU kembali lebih fokus berkhidmah untuk bangsa Indonesia. NU juga dengan gamblang menerima Pancasila sebagai asas tunggal. NU tetap kritis kepada pemerintah.

Ketika gelombang reformasi tahun 1998, Indonesia diguncang berbagai macam isu. NU kembali tampil. KH Abdurrahman Wahid menjaga khittah NU untuk tidak menjadi Partai Politik. Beliau mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa untuk mewadai suara warga NU, dengan tetap memperbolehkan warga NU memilih partai di luar PKB. Orang di luar NU juga dipersilahkan untuk menjadi anggota ataupun simpatisan partai ini. Terbukti NU mampu menjawab tantangan jaman dan permasalahan umat.
Jaman terus berganti, waktu terus berlalu NU dengan segala dinamikanya berhasil membuktikan sumbangsihnya yang luar biasa dalam perjuangan bangsa ini. Tak terkata lagi sumbangsih nyata NU dalam peradaban bangsa Indonesia.
Bayangkanlah jika negeri ini tanpa ada NU, tentu tak akan bisa dibayangkan. Bisa jadi sudah tinggal cerita saja. Karena itu, sebagai warga NU, kita wajib bangga dan wajib meneruskan perjuangan para pendahulu kita. Dari NU untuk NKRI.
Jika NKRI goncang maka NU-lah yang bertanggungjawab. Bagi NU, NKRI adalah Harga Mati.
Shuniyya Ruhama
Pengajar PPTQ Al Istiqomah Weleri-Kendal

Jumat, 25 Maret 2016

ISLAM NUSANTARA (KH Maimun Zubaer)

Oleh : Ulama Sepuh NU, KH Maimun Zubaer
Setahun belakangan, terutama menjelang, selama, dan setelah muktamar Nahdlatul Ulama (NU) 2015 di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mengemuka wacana dan perdebatan tentang Islam Nusantara. Sebenarnya, bagaimana konsep Islam Nusantara itu? Apakah nilai yang tertanam dalam Islam Nusantara melenceng dari semestinya? Ataukah, justru Islam Nusantara cocok untuk kondisi keberagaman bangsa Indonesia. Berikut perbincangan ulama sepuh NU, pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, KH Maimun Zubaer, yang akrab disapa Mbah Mun.

Mbah Mun, siapa yang kali pertama melontarkan istilah Islam Nusantara?
Pencetus Islam Nusantara ya banyak ulama. Dari kalangan NU ada, dari luar NU juga ada. Ramai orang yang mencetuskan konsep Islam Nusantara. Terbanyak memang dari kalangan NU. Orang NU kan memang memiliki cita-cita Islam Nusantara.

Apa tanggapan Mbah Mun soal Islam Nusantara?
Saya merasa cocok. Islam Nusantara mencakup umat Islam di mana-mana. Nusantara berarti umat Islam ada di mana - mana. Umat Islam yang berasal dari partai mana pun. Itu, misalnya.

Apa yang menjadi dasar pemikiran dalam kemunculan istilah Islam Nusantara?
Ya itu tadi, konsep dasar Islam Nusantara sama dengan NU yang ada di mana-mana. Namun NU tidak kemana-mana. Yang terpenting adalah NU. Intinya, Islam Nusantara itu Islam yang berbau bangsa kita sendiri, Indonesia. Dulu, baca bacaan barzanji memang ada yang pakai nada pangkur, dandanggula, dan sinom. Sesuai dengan (budaya) Nusantara, la itu boleh.


Jika begitu, apa sebenarnya yang disebut Islam Nusantara?
Islam Nusantara itu tafsir ulama Nusantara. Ya tadi, Islam yang berasal dari mana-mana. Kalau umat Islam yang macammacam itu menjadi satu, maka akan menjadi kuat Islam Indonesia. Itu yang bernama Islam Nusantara. Islam yang tidak fanatik terhadap kelompok-kelompok tertentu. Jika kondisinya sudah begitu, insya Allah Indonesia akan menjadi negara yang makmur.
Islam Nusantara itu tafsir ulama Nusantara. Jadi sekarang Nusantara, berdasar tafsir saya, jangan NU dimiliki oleh satu partai. Rukun dan umat Islam ada di mana-mana. Yang ada di PDIP, Golkar, Demokrat, semua ada umat Islam. Kalau sudah umat Islam yag macammacam itu menjadi satu, kuatlah Islam Indonesia. Itu Islam Nusantara.

Ulama jangan dipengaruhi oleh partai tertentu. Itu menyempitkan Islam. Insya Allah jika NU sebagai apa yang saya maksud sebagai Nusantara itu berarti tidak fanatik pada partai atau kelompok tertentu. Insya Allah, Indonesia makmur.

Bagaimana praktik penghayatan atas Islam Nusantara?
Jangan fanatik terhadap segala sesuatu. Hormati orang lain. Ulama jangan sampai dipengaruhi kepentingan kelompok, misalnya partai tertentu.
Karena hal itu justru akan menyempitkan Islam. NU sebagai pengayom Nusantara berarti tidak fanatik terhadap kelompok tertentu. Jika sudah begitu, insya Allah semuanya akan menjadi baik.
Mengapa selama ini muncul tanggapan sebegitu “heboh” tentang Islam Nusantara?
Ya, maklum saja masih ada kelompok-kelompok yang fanatik dan berjalan sendirisendiri. Kiai saja banyak yang fanatik kok.

Bagaimana seyogianya menyikapi atau menghayati praktik keberagaman ala Islam Nusantara?
Memang untuk menghayati Islam Nusantara butuh waktu lama. Namun itu harus. Karena itu, NU harus merekrut orang yang ada di mana-mana.


Apa nilai-nilai yang dikedepankan Islam Nusantara?
Ya dalam menghadapi keberagaman, Islam Nusantara cocok. Semua Islam yang macam-macam itu harus disatukan. Nabinya saja satu. Jangan ada yang menjeleknjelekkan Islam. Juga jangan ada yang menjelek-njelekkan kelompok tertentu. Ajari saja mereka dengan ahlussunah wal jama’ah. Kita satukan Islam.
Sumber: Suara Merdeka, Minggu 13 September 2015




Dikisahkan kembali oleh : Dheni Andhadini
FB :https://www.facebook.com/groups/1610216669215200/permalink/1743707349199464/
Anggota Grup Sahabat Gus Dur