Minggu, 05 November 2017

Dakwah Positif atau Negatif? (Oleh : Abad Badruzaman)

Nggak "sah" hukumnya jadi orang Jawa Timur kalo nggak tau Anwar Zahid, penceramah kondang nan kocak. Konon, kalo mau mendatangkan penceramah satu ini harus indent sekurangnya tiga bulan sebelumnya. Kebayang panjangnya antrian pemohon dan padatnya jadwal "manggung" Sang Penceramah.

Dulu saya agak kurang suka dengan model ceramah Anwar Zahid. Kurang suka bukan berarti benci lho ya. Buat apa pula benci pada sesama Muslim, terlebih beliau seorang penceramah agama. Saya dulu kurang suka dengan khas ceramahnya yang terlalu banyak porsi ngebanyolnya. Misalnya beliau ceramah sejam, mungkin separo lebih isinya lawakan belaka. Lawakannya benar-benar lucu. Bukan seperti lawakan pelawak tanggung yang sering membuat kita ketawa bukan karena lucu tapi justru karena gak lucunya.

Tapi belakangan sikap saya berubah. Meski tidak sampe menggilainya, setidaknya saya sekarang manaruh hormat lebih banyak pada beliaunya. Perubahan itu terjadi lantaran belakangan juga kita sering dipertontonkan dengan pengajian nihil kelucuan atau banyolan. Yakni pengajian yang isinya susut-sesat, budnguh-bidngah, kopar-kapir.

Belakangan kita juga kerap disuguhi pengajian sarat kebencian: negara dibenci dan dithogutkan, Pancasila dibenci dan dicibir habis-habisan, burung garuda dibenci dan berhalakan, kebhinekaan alih-alih dirayakan malah dibenci dan diancam dihanguskan.

Ngeliat dan merasakan itu, ceramah Anwar Zahid selain memang lucu dan menyenangkan, kini juga terasa menenangkan. Di majlisnya terlihat kegembiraan, canda tawa, dan yang penting gak pernah Sang Penceramah menjelek-jelekkan orang.

Mungkin ada yang keberatan ceramah Anwar Zahid disebut pengajian. Baiklah! Setidaknya kita lebih beruntung mendapat banyolan berselipkan pesan-pesan keagamaan, tenimbang mendapatkan ceramah dengan nada keras berbumbukan kebencian dan memantik permusuhan.

"Tapi Bah, dalam pengajian Anwar Zahid gak ada tuh kedalaman dan ketertataan logis antar sub-topik yang disampaikan."

"Bahasamu, Le kedhuwuren. Wong namanya pengajian yang gitu itu. Kalo kamu mau kedalaman dan ketuntasan datangnya ya ke pengkajian, bukan pengajian."
"Nah itu Bah, di mana Tole bisa ikut kajian-kajian?"

"Huh...kamu tu yah! Tau Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung gak sih?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar